Revolusi Jerman



http://FMS.ormawa.uns.ac.id/files/2008/12/sejarah.jpgRevolusi Februari di Paris, yang menggulingkan monarki konstitusional Louis Philippe, segera memicu gerakan revolusioner di Jerman. Pada tanggal 13 Maret sebuah pemberontakan rakyat di Wina melumpuhkan monarki Habsbrug, dan pada tanggal 18 Maret revolusi itu meluas ke Berlin. Frederick William IV dari Prusia dipaksa mengijinkan kebabesan aktivitas politik, dan berjanji tidak menghalang-halangi penyatuan nasional demokratik.
Segera setelah revolusi Februari itu, Marx meninggalkan Brussels menuju Paris, di mana sebagai kompensasi atas pengusiran terhadap dirinya tiga tahun yang lalu, Marx kemudian dianugrahi warga kehormatan Perancis. Ketika itu Marx telah diberi kewenangan oleh Liga Komunis untuk membentuk Komite Sentral baru di Paris, yang kemudian keanggotanya terdiri dari para pengikutnya terdekat: Engels, Wilhem Wolff dari Brussels, dan Bauer, Moll dan Schapper dari London.63) Kelompok terbesar dari orang-orang pengasingan Jerman di Paris membentuk sebuah Legiun yang secara optimis dimaksudkan untuk meluaskan revolusi ke Jerman dengan kekuatan bersenjata, namum Marx dan kawan-kawannya memilih memusatkan tenaga dengan mengirim beberapa ratus anggota dan pendukung Liga Komunis secara rahasia ke Jerman, sampai saat-saat di bulan Maret ketika mereka dapat kembali ke Berlin secara terang-terangan. Selama tinggal di Paris inilah Marx dan Engels menyusun The Demands of The Communist Party in Germany, yang didistribusikan secara luas di Jerman selama beberapa bulan berikutnya.
Marx dan Engels kembali ke Jerman di bulan April dan memutuskan untuk menetap Cologne. Pilihan ini didorong oleh beberapa petimbangan. Cologne adalah sebuah kota Prusia, dari situ mereka dapat menyerang salah satu dari dua kekuatan besar Jerman. Cologne berada di propinsi Rhein, yang secara ekonomis merupakan bagian yang paling maju dari Jerman, dan Cologne juga mempertahankan undang-undang pers yang lebih liberal, yaitu Code Napoléon, sebagai warisan masa pendudukan Perancis di kota ini. Cologne telah menjadi pusat kegiatan oposisi selama 1840-an dan telah memilki sebuah organisasi Liga Komunis yang aktif. Bahkan Marx pun dikenang untuk aktivitasnya di Cologne pada masa-masa Rheinische Zeitung tahun 1842-3. Pilihan mereka penting, terutama karena taktik Marx dan Engels tentang blok demokratik, dan sekembalinya mereka di Cologne, merekapun mendapatkan dukungan politik dan finansial yang memadai untuk meluncurkan sebuah koran harian. Tepat seperti yang diharapkan, die Neue Rheinische Zeitung terbit pada tanggal 1 Juni 1848 dengan subjudul Organ der Demokratie [Organ Demokrasi, pen.].
Masa dua belas bulan yang dihabiskan Marx di Jerman sejak 1848-9 ini memberikan kesempatan yang tiada taranya kepada kita untuk melihat Marx sebagai seorang militan yang revolusioner, karena itu, kini kita akan mempelajari praktek politiknya secara detil. Selama periode ini, basis operasi Marx bukanlah Liga Komunis, melainkan die Neue Rheinische Zeitung, hal ini memerlukan penjelasan. Engels kiranya tepat menjelaskan langkah Marx ini dengan melihat kenyataan bahwa `Liga Komunis ini terbukti masih terlalu lemah jika berperan sebagai penggerak terhadap gerakan massa rakyat yang ketika itu tengah meletus’.64) Namun, ada alasan lain yang lebih dari itu. Meskipun Engels menghindari menyebutkannya, namun ada tanda-tanda bahwa Marx sendiri ketika itu sengaja menyabot Liga Komunis, sebagai kelanjutan dari perdebatan yang berkembang antara ia dengan Gottschalk.65)
Andreas Gottschalk adalah seorang tokoh dominan dalam Liga Komunis di distrik Cologne, dan ia menggunakan posisinya sebaagai dokter untuk membangun kelompok pengikutnya di antara para buruh dan pengangguran. Setelah hari-hari bulan Maret, Gottschalk mendirikan sebuah Workers’ Society [Perkumpulan Buruh, pen.] yang bergerak secara terbuka. Marx dan Engels kemudian menjalin kontak dengan perkumpulan ini sekembalinya mereka ke Cologne. Perkumpulan-perkumpulan serupa telah dibentuk di banyak kota Jerman, meskipun tidak selalu dipimpin kaum Komunis. Dan di Berlin, seorang anggota Liga Komunis, Stefan Born, tengah berupaya menyatukan perkumpulan-perkumpulan ini ke dalam sebuah organisasi nasional. Awalnya Liga Komunis berharap dapat mengontrol perkumpulan-perkumpulan buruh yang terbuka ini melalui `komune-komune’ rahasia mereka, namun di penghujung April, harapan ini harus ditinggalkan karena hanyalah khayalan. Liga terlalu kecil jumlahnya, jalur komunikasinya pun lemah, dan yang paling parah, perkumpulan-perkumpulan buruh ini begitu kuat diselimuti oleh semangat gilda-gilda lama, dan mengorganisir diri mereka dalam garis pekerja-tukang, yang mencerminkan dominasi kaum artisan di kalangan mereka, dan bukan buruh industri modern.
Dalam Workers’ Society Cologne, yang dengan cepat mendapatkan 5000 anggota, Gottschalk memanipulasi kesadaran artisan (pekerja-tangan) dengan cara yang sedemikian rupa sehingga Marx menganggapnya sudah tidak dapat ditolerir. Gottschalk bukan hanya memperkuat pembagian perkumpulan itu berdasar garis pekerja-tukang, tetapi bahkan juga mendukung pemusatan Workers’ Society pada persoalan-persoalan tertentu seperti pengangguran, dll yang dihadapi para buruh, dan berkompromi dengan unsur-unsur yang secara politik terbelakang dalam hal persoalan Republik yang sangat penting, unsur-unsur yang terpaku pada tuntutan untuk sebuah monarki konstitusional federal. Di bulan April, Gottschalk memenangkan pengaruhnya dalam Workers’ Society melawan usulan Marx untuk memboikot pemilu German National Assembly (Majelis Nasional Jerman) di Frankfurt, yang ketika itu terbukti berjalan tidak langsung dan tidak egaliter. Dan yang lebih serius, di bulan Mei, Gottschalk menentang demonstrasi terhadap kembalinya tokoh ultra-reaksioner, Pangeran William, yang dulu melarikan diri ke Inggris ketika revolusi meletus. Para pendukung Gottschalk ketika itu merupakan mayoritas dalam Liga Komunis distrik Cologne, sekalipun Marx mengontrol Komite Sentral dengan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya dari London. Ketika Gottschalk menolak disiplin Liga, maka Marx nampaknya telah memutuskan bahwa Liga ketika itu lebih banyak kelemahannya daripada keunggulannya. Marx kemudian membubarkan Komite Sentral, dan dengan demikian membuat Liga kehilangan kepemimpinan di tengah memanasnya revolusi, kemudian ia bekerja dari basisnya di Neue Rheinische Zeitung bersama para pendukung terdekatnya. Joseph Moll dikirim untuk bekerja di Workers’ Society, di mana ia melakukan kampanye pendidikan, membagi pertemuan-pertemuan dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan tuntutan-tuntutan Liga. Akan tetapi, para pendukung Marx jauh dari mampu mengontrol Workers’ Society dan ketika Neue Rheinische Zeitung menunjukkan bahwa perhatian utamanya tidak menyangkut persoalan-persoalan ekonomi kelas pekerja yang mendesak, maka koran mingguan Workers’ Society mulai menyerang Organ of Democracy dengan menyebutnya sebagai bersikap `eksploitatif’ dan `tidak bersimpati’ terhadap penderitaan para buruh.66)
Ketika Neue Rheinische Zeitung memulai penerbitannya, gerakan revolusioner Maret telah berhasil mendesakkan konsesi-konsesi demokratik di Prusia., Austria dan negara-negara bagian Jerman lainnya yang lebih kecil. Majelis Nasional seluruh Jerman telah memulai persidangan-persidangan di Frankfurt, sementara Majelis Prusia (Prusian Assembly) berkumpul di Berlin. Namun di Jerman, sebagaimana di Eropa secara keseluruhan, gelombang pertama gerakan revolusioner telah menghabiskan kekuatan intinya. Di Italia, kota-kota Milan dan Venice yang revolusioner berada dalam posisi bertahan menghadapi pasukan Austria. Di Perancis, pemilihan umum yang diselenggarakan bulan April berdasarkan hak setiap laki-laki untuk memilih [universal male suffrage, pen.] menghasilkan kekalahan Pemerintahan Sementara, yang terdiri dari `kaum republikan merah’ dan kaum sosialis, oleh mayoritas yang sangat reaksioner yang dipilih oleh penduduk pedesaan. Di Inggris, demonstrasi `monster’ oleh kaum Chartis tanggal 10 April berakhir berantakan, dan di Belgia borjuasi telah berhasil memoderasi gerakan buruh dengan mengijinkan reformasi. Di Jerman sendiri, monarki Prusia dan Austria, walaupun telah membuat konsesi-konsesi terhadap gerakan rakyat, masih memegang kendali penuh atas tentara dan birokrasi, dan di belakang mereka bercokol kekuasaan Tzar Rusia yang merupakan mitra mereka dalam Holy Alliance (Aliansi Suci) kontra-revolusi.
Dalam situasi politik seperti ini, Marx semakin bertekad memusatkan diri secara penuh pada perjuangan melawan rejim-rejim absolut. Bukan hanya Neue Rheinische Zeitung menghindari semua pembicaraan tentang komunisme, melainkan Marx juga tak bergeming oleh keluhan Workers’ Society bahwa korannya itu mengabaikan kepentingan ekonomi buruh. Sebagaimana ditulis kemudian Engels, `Program politik Neue Rheinische Zeitung terdiri dari dua poin pokok, yaitu: sebuah republik demokratik Jerman yang satu dan tak terbagi-bagi, dan perang terhadap Rusia, yang mencakup pemulihan kemerdekaan Polandia.’67) Di kampung halaman mereka, Marx dan Engels mencurahkan seluruh upaya mereka untuk menyiapkan dan mengorganisir kekuatan-kekuatan demokratik untuk sebuah insureksi penentuan. Dan sumbangan penting yang mereka berikan bagi perang ofensif melawan Rusia bukan hanya mengantisipasi ancaman intervensi dan berusaha memulihkan kemerdekaan Polandia, sebagai benteng tempat berkumpul ‘20 juta pejuang’ antara Rusia dan Barat.68) Perang melawan Rusia juga akan menuntut penataan sumber-sumber daya ekonomi dan militer Jerman dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga di atas segalanya akan menuntut adanya sentralisasi kekuasaan dalam sebuah negara nasional tunggal, dan kondisi ini mendukung partai-partai revolusioner yang paling tegas dalam usahanya merebut kekuasaan. Dalam skenario ini, seperti halnya skenario-skenario lainnya dalam revolusi 1848, Marx membayangkan model revolusi Perancis yang pertama, dalam hal ini adalah rangsangan dari perang di luar negeri terhadap radikalisasinya.
Selama minggu-minggu pertama keberadaan Neue Rheinische Zeitung, perhatian utamanya adalah terhadap Frankfurt Assembly dan Berlin Assembly, memukul mereka secara telak atas `kebebalan parlementer’ mereka, yaitu kegagalan mereka untuk mengenali persoalan-persoalan terpenting tentang kekuasaan.69) Dalam kolom-kolom korannya, Marx berusaha untuk menjelaskan kepada Frankfurt Assembly tentang kebodohan mereka, yang mencurahkan perhatian pada pembuatan konstitusi padahal mereka tidak memiliki tangan eksekutif sendiri, dan bahkan tidak bersidang di kota yang memiliki `gerakan revolusioner yang kuat’ untuk mendukungnya.70) Neue Rheinische Zeitung menjuluki Berlin Aseembly sebagai `Vereinbarungsversammlung’ (`Majelis Kesepakatan’) karena penerimaan pasifmereka terhadap mandat kerajaan untuk menyusun konstitusi bagi Prusia `dengan persetujuan Kerajaan’. Kendatipun Berlin Assembly berbeda dengan Frankfurt Asembly, memiliki sebuah `gerakan revolusioner yang kuat’ di belakangnya, namun Majelis ini justru menyebarkan ilusi bahwa sejarah dibangun dengan debat parlementer, bukan perjuangan kelas, padahal kedua majelis itu tidak akan pernah muncul sama sekali kalu bukan karena pertempuran-pertempuran jalanan selama hari-hari bulan Maret. Ketika kementrian liberal Champhausen di Prusia menjanjikan penghapusan peraturan-peraturan feudal, Marx menulis dengan ketikan tebal dalam laporannya, `Tetapi Bastille masih belum digempur’.71)
Selama tiga bulan pertama revolusi Jerman, nampaknya borjuasi liberal, walaupun ragu-ragu, mungkin dapat didorong oleh situasi untuk mengambil tindakan tegas, memimpin kelas-kelas plebeian dalam serangan terhadap sisa-sisa lembaga rezim lama. Seperti yang kemudian ditulis Marx dalam Class Struggles in France, bahwa hari-hari bulan Juni adalah `pertempuran besar pertama … antara dua kelas besar yang membagi masyarakat modern. Pertempuran ini adalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan atau menghancurkan tatanan borjuasi’.72) Makna penting hari-hari di bulan Juni secara jelas nampak di seluruh Eropa, dan ruh revolusi proletar yang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, telah menunjukkan bukti bahwa ia dapat diwujudkan secara praktek, menyatukan semua kelas penindas di Jerman dalam posisi reaksioner. Tentu saja Neue Rheinische Zeitung muncul dengan gagah berani untuk berpihak pada pemberontak yang dikalahkan, menelanjangi solidaritas brutal kaum penindas menentang kelas pekerja di bawah slogan `Keteraturan’ yang mengalir dari kaum monarki kepada red republicans.73) Akan tetapi, borjuasi Jerman yang tidak percaya diri itu, tidak memerlukan Marx untuk menjelaskan pelajaran-pelajaran dari hari-hari di bulan Juni.
Selama musim panas, dan dengan semakin mandegnya Majelis-Majelis Berlin dan Frankfurt, Marx dan kawan-kawannya di Cologne memusatkan upaya mereka untuk memperluas basis organisasional mereka, sekaligus bersiap-siap untuk berbagai kemungkinan ke depan. Penangkapan Gottschalk, setelah Workers’ Society melakukan demonstrasi-demonstrasi untuk mendukung para pemberontak di Paris, menyediakan kesempatan tak terduga bagi Marx untuk memperkuat pengaruhnya terhadap perkumpulan tersebut. Pada bulan Juli, Moll dan Schapper terpilih sebagai ketua dan wakil ketua dari Workers’ Society, dan perkumpulan inipun ditata ulang dengan dibentuknya sebuah komite eksekutif yang lebih kecil dan dipilih secara langsung, untuk menggantikan komite lama yang dipilih berdasarkan basis gilda, dan dengan pembagian tugas yang pasti. Hari-hari di bulan Juni telah menyebabkan ketegangan yang tajam di antara para demokrat. Namun, dalam situasi represi yang semakin meningkat, Marx yang juga didakwa berdasarkan Undang-Undang Pers, mengkonsolidasikan dukungannya dalam Perkumpulan Demokratik Cologne, di mana kini Marx menyatakan secara terbuka dukungannya terhadap suatu pemerintahan revolusioner yang dihasilkan oleh insureksi rakyat yang baru, yang akan mewakili semua `unsur yang heterogen’ yang melakukan revolusi itu, bukan hanya borjuasi.74) Selama musim panas, Marx dan Engels menekan Workers’ Society untuk memulai agitasi di antara kaum tani. Dan pada bulan September, serikat-serikat tani yang penting telah mulai didirikan di seluruh Rhein, demikian pula sebuah koran tani telah terbit.
September 1848 mencatat terjadinya krisis di Prusia setelah kegagalan perang melawan Denmark yang memperebutkan wilayah-wilayah Schleswig-Holstein. Perang itu telah menjadi simbol gerakan persatuan nasional, dan bahkan juga memberikan peluang bagi chauvinisme Jerman. Dan Frankfurt Assembly, yang tidak memiliki kekuatan bersenjata sendiri, terpaksa meminta bantuan monarki Prusia untuk berperang atas nama bangsa Jerman. Gencatan Senjata Malmö tanggal 26 Agustus, yang diterima oleh Prusia karena tekanan dari Inggris dan Rusia, memicu gelombang kemarahan baru terhadap rejim Prusia yang menyebabkan pertempuran antara tentara dan penduduk di Berlin, Cologne dan kota-kota lainnya.75)
Pada tanggal 16 September, krisis itu memuncak, karena Frankfurt Assembly, akhirnya meratifikasi Gencatan Senjata Malmö. Sebuah insureksi rakyat meletus di Frankfurt, di mana kaum tani memainkan peran utama dan `kementrian Reich’ di Frankfurt kemudian meminta bantuan tentara Prusia, Austria dan Hessia untuk memulihkan keadaan. Di Cologne, perkumpulan-perkumpulan buruh dan demokratik, menyerukan pertemuan massa untuk mengecam Frankfurt Assembly. Dan pada tanggal 25 September, ketika Kongres Demokratik Rhine dijadwalkan untuk bertemu di Cologne, kota itu berada di ambang meletusnya insureksi. Marx, yang menjaga posisinya agar tidak menonjol selama agitasinya tiga minggu sebelumnya, dan memilih untuk sedapat mungkin bekerja di belakang layar, menyadari bahwa jika Kongres Demokratik bertemu, maka sebuah insureksi bunuh diri yang hanya terbatas di Cologne tak akan dapat dihindari. Sementara upaya-upaya polisi untuk menangkap pemimpin-pemimpin gerakan yang paling aktif terhambat oleh aksi rakyat, maka Marx berhasil membuat Kongres itu dibatalkan, dan meyakinkan perkumpulan-perkumpulan buruh dan demokratik untuk tidak terprovokasi melakukan insureksi. Pada malam itu, barikade-barikade didirikan di Cologne, namun para penjaganya lari berhamburan begitu tentara bergerak maju. Undang-Undang Keadaan Darurat pun diumumkan dengan dukungan dari Dewan Kota yang konstitusionalis. Garda sipil dibubarkan, dan Neue Rheinische Zeitung serta tiga koran lainnya dibredel. Engels, yang menduga dirinya akan ditangkap karena perannya dalam Commitee of Public Safety [Komite Keselamatan Umum] yang memang dibentuk untuk mempersiapkan insureksi, melarikan diri ke Perancis, di mana ia tinggal sampai tahun baru. Dan kebanyakan pengikut Marx pun melarikan diri atau dipenjara.76)
Neue Rheinische Zeitung diijinkan terbit kembali tanggal 12 Oktober, tetapi membutuhkan waktu untuk mendapatkan kembali kekuatannya. Pada tanggal 17 Oktober, dengan absennya Moll dan Schapper, Marx sendiri dipilih sebagai ketua Workers Society dan beberapa minggu kemudian, Marx menyampaikan kuliahnya tentang Wage Labour and Capital [Upah, Kerja dan Modal].77)
Sementara itu revolusi Jerman telah sampai pada tahapan yang menentukan. Titik puncak revolusi telah dicapai dengan kejadian-kejadian di Wina ketika rencana keberangkatan pasukan Habsburg untuk menyerang Hongaria, ternyata memprovokasi pecahnya insureksi yang sukses, dan kota itu terbebaskan selama tiga minggu. Setelah pengepungan yang ketat, insureksi Wina akhirnya menyerah pada tanggal 1 November, dan monarki Prusia pun merasa cukup kuat untuk bergerak melancarkan serangan balik.78) Raja kemudian mengangkat kementrian yang jelas-jelas kontra-revolusi di bawah pimpinan Count Bradenburg. Dan ketika Majelis Prusia menyampaikan sebuah mosi tidak percaya yang ditandatangani tanggal 9 November, maka Raja pun mengeluarkan dekrit yang sisinya membubarkan Majelis dan mengirim 10.000 pasukan ke Berlin untuk mengumumkan Undang-Undang Keadaan Darurat. Majelis Prusia ketika itu berupaya melanjutkan sesi-sesi persidangannya, namun hanya bereaksi secara pasif terhadap pelecehan yang semakin meningkat dari pasukan kerajaan. Bukannya mengambil peluang untuk mengorganisir perlawanan bersenjata, para Majelis itu malah berpencaran ke seluruh negeri untuk melakukan kampanye penolakan pajak.79)
Mula-mula Neue Rheinische Zeitung berpartisipasi dalam kampanye ini, karena Marx sekali lagi berharap agar borjuasi liberal bergerak ke pihak revolusi. Tetapi, ketika menjadi jelas bahwa oposisi borjuis tidak akan bergerak keluar dari cara-cara protes damai, maka Marx mengubah taktik dari perlawanan pasif ke perlawanan aktif. Neue Rheinische Zeitung dan Workers’ Society pun segera menyerukan dilakukannya pemecatan paksa terhadap pejabat-pejabat pemerintah, pendirian komite-komite keselamatan publik dan pembentukan pasukan demokratik yang dimaksudkan sebagai sebuah milisi rakyat. Pada tangal 21 November, gerakan revolusioner Cologne telah memiliki pasukan bersenjata sendiri, tetapi dua hari kemudian pasukan ini runtuh tanpa pertempuran melawan pasukan Prusia yang jumlahnya sangat besar di kota itu, dewan kota Cologne menolak nemghentikan pemungutan pajak, dan kementrian Reich Frankfurt menolak secara terbuka mosi Majelis Nasional tentang hal ini. Pada bulan Desember, Frederick William, yang telah menggunakan propaganda tentang bahaya merah untuk menarik borjuasi agar kembali ke naungan monarkis, menyatukan blok reaksioner yang baru dengan menganugrahkan sebuah konsitusi liberal setengah-hati, dan menunggu kesempatan sampai saat ketika kekuatan revolusi dapat ditaklukkan.
Pada Desember 1848, dalam seri seri artikel-artikel `The Bourgeoisie and The Counter-Revolution’ [Borjuasi dan Kontra Revolusi], Marx menelaah borjuasi Prusia yang berkhianat dan berbalik ke kelompok reaksi. Padahal dalam Manifesto Marx telah meramalkan, berdasarkan fakta bahwa Jerman tengah memasuki revolusi borjuis-nya dengan kondisi proletariat yang lebih maju dibandingkan Perancis dan Inggris pada tahapan yang sama, bahwa proletariat Jerman akan merebut kekuasan dengan pertama-tama membuntutui kaum borjuasi. Kini Marx terpaksa menyadari bahwa pengaruh perkembangan yang takmerata ini adalah bahwa borjuasi Jerman sama sekali tidak akan merebut kekuasaan.
Borjuasi Jerman berkembang sangat lambat, sangat malas dan sangat penakut, sehingga mereka merasa terancam oleh keberadaan proletariat dan semua sektor kaum miskin perkotaan yang kepentingan dan ide-idenya dekat dengan proletariat, bahkan ketika mereka sedang menghadapi pertempuran dengan feudalisme dan absolutisme … Kaum borjuasi Prusia bukanlah, layaknya borjuasi Perancis di tahun 1789, kelas yang mewakili seluruh masyarakat modern dalam berhadapan dengan perwakilan-perwakilan masyarakat lama, monarki dan kaum bangsawan. Ia telah tenggelam sampai tingkat sejenis estate … cenderung sejak awalnya jatuh dalam pengkhianatan terhadap rakyat … karena mereka sendiri telah menggabungkan diri pada masyarakat lama.80)
Jadi, revolusi berjuis di Jerman sesungguhnya tidak dapat mengharapkan bantuan dari borjuasi sendiri, inilah kesimpulan yang paradoksikal [nampaknya bertentangan, tetapi mengandung kebenaran di dalamnya, pen.], namun sangat penting, yang untuk pertama kalinya dirumuskan Marx pada bulan Desember 1848.
Lalu bagaimana revolusi borjuis dapat berhasil, dan taktik apa yang harus ditempuh oleh proletariat? Ketika itu Marx belum memiliki rencana pasti tentang kemungkinan baru ini, dan baru membuat rumusan setelah kekalahan di tahun 1849. Tetapi ketika borjuasi telah secara jelas berpaling ke arah kontra-revolusi, maka tiada gunanya bagi proletariat untuk menutupi pertentangan terhadap borjuasi, dan kelas inipun menjadi bebas memusatkan diri membangun organisasinya sendiri yang mandiri, semakin baik bagi mereka untuk mempersiapkan babak berikutnya dari revolusi. Di awal 1849, Marx perlahan-lahan mulai memisahkan dirinya dari kaum demokrat dan pers, untuk kemudian membangun partai pekerja yang mandiri, yang sebelumnya telah ia hentikan dengan membubarkan Komite Sentral Liga. Dalam pemilihan umum yang disenggarakan bulan Februari di bawah konstitusi Prusia yang baru, betapapun tidak demokratis konstitusi itu, Marx menekankan pada Workers’ Society di Cologne untuk mendukung kandidat-kandidat demokratik. Hal ini menyebabkan timbulnya oposisi yang sangat kuat dari faksi Gottschalk, yang menuduh Marx telah `membujuk buruh agar menahan penderitaan berlama-lama di bawah kekuasan modal’.81) Namun, pada tanggal 18 Februari, sebuah nada baru tiba-tiba masuk ke dalam kolom Neue Rheinische Zeitung, yaitu ketika Marx mengatakan bahwa koran ini bukan mewakili partai demokratik melainkan `partai rakyat, yang sejauh ini baru ada dalam bentuk awal yang kasar’.82) Neue Rheinsche Zeitung kini berbalik secara tegas ke arah kelas pekerja dengan menerbitkan artikel-artikel Wilhelm Wolff tentang emansipasi `palsu’ kaum tani Silesta, dan tulisan-tulisan Marx tentang Wage Labour and Capital (Upah Kerja dan Modal). Pada tanggal 14 April Marx dan kelompoknya secara resmi mengakhiri kerja samanya dengan kaum demokrat dan menyatakan bahwa mereka akan bekerja `untuk menyatukan perkumpulan-perkumpulan buruh secara lebih erat’.83) Dua hari kemudian Workers’ Society di Cologne menyerukan diadakannya kongres regional untuk seluruh perkumpulan buruh di Rheine dan Westphalia tanggal 6 Mei, dan mengirimkan cetakan ulang Wage Labour and Capital, statuta (Anggaran Dasar) Workers’ Society Cologne dan dokumen-dokumen lainnya sebagai bahan persiapan.
Pada musim semi 1849, Marx dan Engels mengandalkan dukungan dari luar sebagai satu-satunya kemungkinan menyelamatkan revolusi Jerman. Tentara nasional Hongaria berhasil menghalau penyerebuan Austria, dan pada suatu saat diharapkan akan bergerak ke Wina. Di Perancis, Constituent Assembly (Majelis Konstituante) membubarkan diri, dan nampaknya revolusi tidak akan dapat mencapai tahap kemajuan lebih jauh di Perancis. Walau demikian, pada saat yang bersamaan, medan pertempuran untuk pertempuran penghabisan dalam revolusi Jerman sedang dipersiapkan dalam proses yang tidak diantisipasi oleh Marx dan Engels. Pada tanggal 4 Maret, pemerintah Austria mendeklarasikan kekaisaran Habsburg sebagai sebuah monarki yang satu dan tak terbagi, dan untuk pertama kalinya menghapuskan pemisahan ekonomi dan militer antara propinsi-propinsi Jerman dan non Jerman. Ini berarti memotong gerak tuntutan Frankfurt Assembly untuk penyatuan Jerman. Frankfurt Assembly waktu itu telah menyelesaikan tugas pembuatan konstitusi, dan, karena menyerah akan tuntutannya semula atas Austria-Jerman, menawarkan mahkota `Kerajaan Jerman Kecil’ kepada Frederick William dari Prusia, yang ditolak pada tanggal 12 April oleh Frederick William. Majelis yang semula impoten ini, kini mendapatkan ledakan energi yang terakhir, dan kelompok kiri untuk pertama kalinya menjadi mayoritas. Borjuasi kecil, yang sebelumnya selalu menggantungkan harapan pada khayalan tentang perkembangan secara damai sampai saat-saat paling terakhir, kemudian memutuskan, karena dihadapkan pada kemungkinan kembalinya absolutisme tanpa penengah apapun, untuk terlibat dalam perjuangan berlandaskan konstitusi Frankfurt, dan mulai melakukan agiatasi yang dengan cepat menyebabkan meletusnya insureksi di Dresden, Rhein-Prusia, dan Baden.
Marx dan Engels lamban menanggapi Kampanye Konstitusi Reich ini, karena kampanye tersebut tak dimaksudkan untuk sebuah republik demokratik bersatu, melainkan hanya federasi monarkis konstitusional. Namun, ketika gerakan itu berkembang menjadi insureksi, Marx dan para pengikutnya menggerakkan sepenuhnya kekuatan mereka untuk mendukungnya. Di Rhein insureksi ini segera dikalahkan. Kaum borjuis kecil, setelah mengambil inisiatif melancarkan perjuangan bersenjata, justru kemudian berkompromi ketika insureksi meletus. Di Elberfeld contohnya, di mana Engels memberi nasehat kemiliteran, ternyata revolusi itu disangkal sendiri oleh para pemimpinnya. Pada tanggal 16 Maret, Marx dikenai perintah pengusiran, dan edisi terakhir Neue Rheinische Zeitung pun terbit pada tanggal 19 Mei, dicetak dengan tinta merah, dengan artikel utama `Kepada Kaum Buruh Cologne’84) yang menentang insureksi yang prematur dan terisolir. Edisi ini sekaligus meramalkan secara optimis bahwa dalam beberapa minggu, bahkan mungkin dalam beberapa hari pasukan-pasukan revolusioner Perancis, Polandia, Hongaria dan Jerman akan tiba di Berlin.85)
Marx dan Engels meninggalkan Cologne menuju Frankfurt, untuk membangkitkan Majelis yang sedang runtuh agar mau memberikan kepemimpinan politik yang tegas kepada kekuatan-kekuatan revolusioner, tetapi usaha ini sia-sia. Bagaimanapun juga, hanya di Baden dan Palatinate-lah seluruh negara jatuh ke tangan kekuatan-kekuatan insureksi, operasi-operasi militer berlangsung lebih dari satu minggu. Engels menggabungkan diri dengan tentara Baden yang bertempur dengan tentara Prusia sampai pada bulan Juli, sementara Marx berangkat ke Paris, dan di sana ia segera diusir oleh pemerintah Cavaignac, Marx kemudian berangkat ke London.
Notes
63) Joseph Moll, seorang pembuat jam, dan Karl Schapper, seorang tukang set huruf. Keduanya adalah pimpinan dari Liga Keadilan sebelum berubah menjadi Liga Komunis. Keduanya bekerja dengan Marx di Cologne selama revolusi 1848. Moll gugur pada tahun 1849 selama Kampanye Konstitusi Reich. Schapper putus hubungan dengan Marx ketika Liga Komunis pecah di bulan September 1850, sekalipun keduanya kemudian mendamaikan pertentangan mereka. Heinrich Bauer (jangan dicampuradukkan dengan Bauer bersaudara, yang anggota Hegelian Muda itu), seorang pembuat sepatu, juga seorang pimpinan Liga Keadilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA RAKYAT KALBAR (BATU BALAH BATU BETANGKUP)

makalah-sejarah kerajaan tayan