SEJARAH KERAJAAN LANDAK

Kerajaan Landak mula-mula diperintah oleh Raden Ismahayana dengan gelar Raja Dipati Karang Tanjung Tua (1472-1542). Setelah menganut agama Islam, ia dikenal dengan gelar Albdulkahar. Raden Ismahayana adalah anak tunggal Raden Kesuma Sumantri Indra Ningrat Ratu Angkawijaya Brawijaya VII yang juga dikenal dengan nama Pulang Palih VII dalam perkawinan dengan Dara Hitam, seorang putri Dayak. Pada zaman pemerintahan raja pertama ini, kerajaan berkedudukan di Ningrat Batur, di sungai Terap/Mandor. Oleh masyarakat Dayak Kendayan, saat ini tempat tersebut disebut sebagai Ambawang Bator (ambawang berarti peninggalan).

Oleh putra Raden Ismahayana, Raden Abdulkahar, pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke Munggu yang terletak di persimpangan sungai Landak dengan sungai Menyuke. Karena kerajaan ini terletak di tepi sungai Landak, maka dinamailah Kerajaan Landak.

Dalam masa pemerintahan Anam Jaya Kesuma (1600), Kerajaan Landak mencapai masa gemilang karena kedekatannya dengan Kerajaan Tanjungpura. Kedekatan ini terjadi karena Ratu Mas Djaintan, saudara kandung Anam Jaya Kesuma, diperistri oleh Sultan Muhammad, raja Tanjungpura.

Tahun 1700 terjadi perang saudara antara Kerajaan Landak dengan Kerajaan Tanjungpura, karena Kerajaan Landak menuntut dikembalikannya Intan Kobi, yaitu intan kerajaan peninggalan leluhur. Dalam perang pertama, kemenangan berada pada Kerajaan Tanjungpura yang dibantu oleh Kerajaan Inggris. Untuk menebus kekalahan dan membebaskan tawanan, Kerajaan Landak meminta bantuan dari kerajaan Banten. Perang kedua ini berhasil dimenangkan Kerajaan Landak, termasuk karena dukungan Belanda yang menghancurkan perwakilan Inggris di Sukadana.

Pada abad ke-19, raja-raja Landak merasa dirugikan oleh imperialis Belanda. Kemudian raja-raja Landak memimpin rakyatnya mengadakan pemberontakan terhadap Belanda. Tahun 1831 pemberontakan dipimpin oleh Ratu Adi, dan Gusti Kandut pada tahun 1890. Tahun 1899 pemberontakan terhadap Belanda dipimpin oleh Gusti Abdurrani, dibantu Panglima Daud, panglima Anggu I dan Ya' Bujang. Semua pemberontakan ini tidak berhasil namun tidak memadamkan cita-cita kemerdekaan rakyat Landak. Kerajaan Landak kemudian berakhir dan bergabung dengan pemerintahan Republik Indonesia.

Kebangkitan Kerajaan Landak pada zaman modern ditandai dengan pengukuhan pewaris Kerajaan Landak, Drs. Gusti Suryansah, M.Si, sebagai pemangku tahta kerajaan bergelar Pangeran Ratu (calon raja) pada 24 Januari 2000.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA RAKYAT KALBAR (BATU BALAH BATU BETANGKUP)

makalah-sejarah kerajaan tayan

sejarah kesultanan sintang